Kumpulan Film JAV Dan Cerita Dewasa Terbaru, Terlengkap, Spektakuler Yang Pernah Ada !!

Main Sekarang Juga, Hanya di LIGAUTAMA.asia

Salah Satu Agen Terbaik di Indonesia, Dengan Transaksi Aman Dan Cepat.

Main Sekarang Juga, Hanya di LIGAUTAMA.asia

Salah Satu Agen Terbaik di Indonesia, Dengan Transaksi Aman Dan Cepat.

Main Sekarang Juga, Hanya di LIGAUTAMA.asia

Salah Satu Agen Terbaik di Indonesia, Dengan Transaksi Aman Dan Cepat.

Main Sekarang Juga, Hanya di LIGAUTAMA.asia

Salah Satu Agen Terbaik di Indonesia, Dengan Transaksi Aman Dan Cepat.

Main Sekarang Juga, Hanya di LIGAUTAMA.asia

Salah Satu Agen Terbaik di Indonesia, Dengan Transaksi Aman Dan Cepat.

Cerita Dewasa ML Dengan SPG Polos Sampai Pagi

Cerita Dewasa ML Dengan SPG Polos Sampai Pagi
Cerita Dewasa ML Dengan SPG Polos Sampai Pagi
CERITA DEWASA - Nama saya Dani. Saya telah bekerja di salah satu supermarket terkemuka di kota M selama 7 tahun. penempatan awal, aku hanya pada penerimaan barang, hanya karyawan biasa. Dari sana kemudian pindah ke posisi yang lebih ditoleransi.

Nah, sekitar setengah tahun pada penerimaan barang, saya pindah ke lapangan, dalam arti ditempatkan di toko. Berikut adalah awal dari perjalanan saya cinta dengan makhluk yang namanya SPG.

Terus terang aku sangat menyukai posisi ini karena setiap hari saya bisa menikmati setiap SPG keindahan ditugaskan di supermarket ini. Singkat cerita, dari banyak SPG bertugas, saya sangat tertarik dengan produk susu dengan SPG, bernama Selly.

Selly yang dihadapi tidak hanya cantik, tapi tubuh juga yahud benar. Dia baru berusia 19 tahun. Dengan tinggi 165, bra 34B, ditambah dengan tingkat kaki putih mulus benar-benar, Selly sudah benar benar sempurna versi saya. BANDAR BOLA

Saya mencoba untuk lebih dekat dengan dia, setiap hari selalu saja dekat bahwa kita mendapatkan kedekatan yang nyata. Tapi karena lokasinya di supermarket, saya juga harus menjaga citra sehingga tidak sampai ke telinga bos. Sering pada waktu makan aku memberinya tambahan makanan ringan makanan ato, dari sikap saya yang timbul Selly simpati ke arahku.

Jumat sore, saya dekatin Selly mengatakan "Sel, nanti pulang ku antar ya ...." Dan Selly mengganguk setuju. Bayangkan, sudah ga sabar menunggu jam pulang setelah bekerja karena otak saya sudah berpikir beberapa rencana yang mantap, he he ... Tidak tahu mengapa akhir-akhir ini selalu membayangkan tubuh mulus nya Selly, ga tahan bngt ingin menikmatinya.

Jam ditunggu akhirnya tiba, saya bergegas ke ruang bawah tanah di bawah mengambil sepeda motor saya tercinta. Aku menunggu di pinggir jalan, Tak lama Selly keluar dari mal. Saya lihat Selly keluar dengan teman-temannya tiga orang, dan ketika dia melihat saya, dia pun berpisah dengan teman teman nya dan berjalan ke arahku.

Aku memberikan Selly helm dan Selly pun duduk belakang sambil memegang pinggang saya. "Sel, kamu ingin langsung kembali ato ingin jalan2 dulu cari makan gitu?" Tanya saya. Itu hanya sekedar basa basi ku saja, Sebenarnya sudah punya banyak rencana di otak saya, hehhee.

Ternyata jawaban Selly bertepatan dengan keinginan saya. "Kita jalan jalan dulu ya, ntar baru larut malam kita makan ya". kataku. Selly hanya menganggukan kepalanya. Aroma di tubuhnya menyebabkan nafsuku naik, sehingga motor-ku pun ku pacu kencang. Selly memeluk pinggang saya payudara nya menempel padat kenceng di belakang punggungku. Celana ku pun semakin sesak.

Saya sengaja mengambil perjalanan ke pinggiran kota, hingga setiap rencana selesai. Setelah puas berkeliling, akhirnya kami tiba di rumah tempat makan nuansa klasik restoran memiliki sebuah pondok alun2 swasta, jadi apa yang kemudian kulakuin lebih privasi dan tersembunyi dari pandangan orang karena pondok terisolasi. BANDAR BOLA

"Kamu pesan apa Sel?" Aku berkata lembut. "Selly pesan pecel lele aja bang". Aku segera memerintahkan hamba. Setiap jenis yang akan ditambahkan, saya menambahkan hanya membiarkan sayuran laen banyakan, karena setelah makan kemudian, aku juga ingin makan lagi, tapi tentu saja menu makan KHUSUS, ha..ha ... Karena benar-benar lapar, kami makan dengan rakus sementara aku sesekali mengusap mulut Selly dengan tisu, awalnya dia malu sampai akhirnya tertawa.

Selesai makan kami duduk mengobrol dan perlahan tapi pasti arah topik saya memikat terhadap seks sedangkan lengan saya di merangkulnya. Perlahan-lahan aku mencium bibirnya, hmmm, lidah merangkak ke dalam dan melilit lidahnya.

Selly membalas panas, akhhh, Selly mendesis nikmat. Semakin kuberanikan diri dengan meletakkan tangan saya ke dalam baju seragam nya dan payudara yang padat kuraba. Selly mengerang nikmat merasa belaian pada payudaranya.

Kusingkapkan bra-nya dan perlahan-lahan memutar puting nya, ssshh ... Selly lebih mengerang. Aku mulai ga tahan. Saya menghapus penisku yang telah menembak tegak dengan diameter panjang 4cm sekitar 17cm. Selly terkejut saat melihat penisku ereksi mengacungkan itu.

"Ihh, punya abang benar-benar besar, takut Selly Bang. Selly blm pernah melihat bang benar-benar besar" kata Selly.
"Tidak terlalu besar kok Sel. Biasa aja lagi hehehe." Jawabku santai.

Kembali kurangsang Selly dengan ciuman, perlahan-lahan ke dalam telinga dan bawah leher. ku cium lembut penuh perasaan dan Selly semakin mendesah. "Akhhh .. Bang ... sstttttt, ouugghh ...." Selly semakin tidak tahan.

Perlahan kuraba paha terbuka nya dan jari saya langsung mendarat di ujung selangkanganya. CD nya masih belum saya buka, hanya cukup menggosok bagian bagian vagina nya saja. Selly mendesis lembut membuat saya bahkan lebih bersemangat. Ada lendir basah mengalir merembes keluar. Aku pun menuntun tangan Selly untuk memegang penisku dan mengocoknya.

Tiba-tiba aku menghentikan aktivitas saya sehingga membuat Selly tertegun heran, nafsu yang sudah di mahkota berhenti seketika.
"Kenapa bang?" Selly bertanya sedih.
"Tidak Sel, Cuma jangan lanjutkan di sini, bahaya, hehehe .." jawab saya.

Selly baru menyadari jika kita masih di restoran pondok.
"Kita kembali aja ya Bang, Selly takut kemalaman dan jujur tidak pernah melakukan hal seperti sebelumnya. Selly takut bang." Pinta Selly.
"Ok Dech, kita kembali aja ya say," bisikku di telinganya.

Dalam hati saya memikirkan rencana lagi untuk ke depannya. Kami merapikan pakaian kami masing-masing dan berjalan keluar. Setelah menyalakan motor-ku, kami melanjutkan perjalanan pulang, dan jam sudah menunjukkan pukul 21.20.

Sepanjang jalan, aku berpura-pura sakit. "Oh, perut ku benar-benar sakit setelah makan sebelumnya, dan tampaknya tidak bisa lagi mengendarai motor". Selly bingung melihat perilaku saya. "Kita cari tempat istirahat sebentar ya, Nanti perutnya sudah membaik baru kita jalan lagi." Selly.

hatiku gembira, siasatku berhasil. Kami pun menuju motel yang tidak jauh dari lokasi dan segera mengambil kamar. "Kamu istirahat baik-baik saja, jangan khawatir, ntar ga sakit lagi kita cepat jalan ya say .." Kata Selly. BANDAR BOLA

Ruangan Hydrofoil Aku segera berbaring di tempat tidur sambil berpura-pura untuk menahan rintihan perut saya, dan Selly semakin cemas hanya merasa melihat situasi saya. Aku meminta Selly mendekat dan memintanya membelai belai perut saya dengan alasan agar mereda rasa sakit dan Selly pun melakukannya..

Tak lama kemudian aku bangun dan memeluk Selly. Selly terkejut namun balas memeluk saya sementara aku mencium bibirnya. Selly gelagapan saat berciuman dan perlahan-lahan kembali kurangsang dan kucumbu Selly.

Aku membuka kancing atas baju Selly dan membelai dadanya dengan lembut. Aku mulai mencium puting nya dan sesekali kusedot. Sshhh .... Selly mendesah nikmat. Tanpa sadar aku membuka seluruh pakaianya dan CD nya.

Aku pun membuka kaki Selly agar mengangkang lebar dan dengan lembut aku membelai vaginanya yang sudah sangat basah, licin lagi. Saya mengatakan kepadanya bahwa aku mencintai bau vagina Selly. Selly hanya tersenyum lembut.

Perlahan tapi pasti aku mengambil penis ku yang cukup besar, den menyodorkan ke mulutnya. Dia malu namun tetap mengisap penisku, Dan nikmat yang tak terhitung jumlahnya kurasakan ketika Selly mulai menjilat jilat penisku.

"Kuluman mu begitu nikmat Sel. Aaahhhh..."

Sudah puas dengan kuluman nya, aku juga naik dan meraih tas kecil yang saya bawa. Saya mengambil beberapa bungkus kondom hitam yang sudah saya siapkan untuk situasi seperti ini. Saya sengaja membeli banyak dan dapat membuat tahan lama, karena aku ingin menikmati tubuh Selly sampai pagi.

Selesai memasang kondom, aku kembali mengelus vaginanya yang begitu halus putih dengan bulu tipis dan perlahan saya masukkan penisku ke vaginanya.

"Aaahh sakit banggggg, pelann pelannn ...." Selly menangis pelan. Penuh kasihan, aku bahkan menggeleng perlahan-lahan. Sudah setengah dari penisku masuk ke dalam vagina Selly. wajah Selly mulai berubah dari rasa sakit menjadi rasa nikmat. BANDAR BOLA

Aku dengan gairah yang besar mulai memutar kembali penisku di vagina Selly. "Aahhhh, aaaahhh banggggg enakk.... Aahhhhh terus banggg .... terusss ... .." Racau Selly. Aku juga sambil menghisap dan menyedot-out payudara Selly yang begitu menggoda. Aku menggigit kecil putingnya sambil tanganku meremas payudara sebelahnya.

Selly semakin terangsang. rambut nya dijambaknya erat. "Aaahh, bang Daniiiii. Enaaaaakkkkk ... .." Keringat mengalir dari tubuh Selly. Dia terlihat begitu menikmati goyangan penis saya di vaginanya. Saya mendorong lebih cepat penis saya di vagina Selly sehingga terasa sangat nikmat.

"Bang, Selly bangggg pipis ...." erang Selly. "Pipisin menulis, mengatakan. Gapapa kokkk ..." jawabku. Tubuh Selly terlihat kaku, matanya terbelak dengan menganga mulut menahan erangan. "Selly keluar, bangggg .... Enakkk bangggg!" Teriak Selly sambil menarikku sehingga penisku masuk lebih dalam ke vagina nya yang ketat.

Napas Selly tampak tersengal-sengal. "Bang, bang itu apa? Bagaimana Bang mengerikan?" Tanya Selly dengan lemas. "Ini disebut orgasme, katakan. Tasty, kan?" Saya bertanya. "Mau lagi tidak?" Selly mengangguk pelan. Tapi kali ini Selly bangun dari tidurnya.

Dia mendorong saya untuk membuat dia tidur di kasur. Aku tidak tahu dia kerasukan setan apa, Selly yang polos tiba-tiba liar. Selly duduk di penis saya dan mengarahkan penis saya ke dalam vagina. Blesssss, sehingga penisku semua jalan ke dalam vagina Selly, Selly terbelak dan naik langsung menurunkan pinggul sehingga penisku bebas masuk dan keluar dari vagina lezat.

"Uhhhh puasin Selly, banggg, puasin Sellyyyy. Selly sukaaaa ... .." Teriak Selly. Aku menikmati setiap erangan dan vagina genjotan pada penisku. Hingga 10 menit Selly meningkatkan dan akan segera mengalami orgasme lagi. BANDAR BOLA

"Bang, Selly lagi banggggggg .... Arrggggghh mppphh sssshhhh ... aaaaaaaaaarggggg" celoteh Selly. Seketika Selly menggelinjang, tubuh berkeringat jatuh lemas di lengan saya. Sayangnya saya tidak ingin keluar juga. Keinginan mungkin saya menikmati Selly akan mencapai sekitar pagi ini hehehe.

Aku mengambil lagi posisi di atas. Selly yang tidak mampu untuk mengatakan dan melakukan apa-apa lagi tidak peduli. Sesaat cepat saya masukan penis saya ke dalam vagina Selly lagi. Ku genjot cepat sehingga saya bisa keluar.
"Aaaahhh, banggg, lemes bangggg ..." mengerang Selly sedih.

Aku tidak peduli, aku hanya berpikir tentang bagaimana untuk menjaga penis bisa mencapai klimaksnya. Saya genjot terus berkedut vagina Selly yang semakin cepat. Begitu lezat desakan Selly vagina pada penisku didalamnya.

Akhirnya, saya merasakan gelombang dorongan dari penis dipaksa keluar. Mendekat, aku segera menarik penis dan kondom terpasang. Aku menunjuk penisku langsung ke wajah Selly, dan crottt crottt aaargghhhhh.


Lima semprot sperma dalam jumlah besar bertemu Selly wajah dan mulut yang terbuka karena menahan nikmat dari orgasme sebelumnya. Selly terkejut menerima banyak sperma di wajah dan mulut. Tapi, bukannya marah, Selly bahkan menjilati semua sperma dan menelannya ke dalam mulut.

"Bang, bang ... Di sini ternyata Bang buruk ..." Selly meraih penisku dan menjilatnya, membersihkan sperma sisa tertinggal.
"Bagaimana, Selly . Seperti Anda?" Tanya saya lagi. Selly  mengangguk manja sambil tetap sibuk menghisap penisku.

Malam itu aku terus menikmati Selly tubuh berulang kali sampai pagi. Kami juga melewatkan kerja hari berikutnya karena badan terasa berat karena permainan kami begitu liar. Selly tenang berubah menjadi Selly -lapar penis dan sperma.

Tidak jarang kita mencuri waktu dan tempat hanya untuk memuaskan diri masing-masing individu. Lain waktu kami melakukannya di gudang barang setelah bekerja dan toko telah ada orang lain. Bahwa hubungan cerita seks dengan Selly. Harapan dapat membantu Crot semua suhu di sini. 
Share:

Cerita Dewasa Keperawananku Di Renggut Di Warnet

Cerita Dewasa Keperawananku Di Renggut Di Warnet
Cerita Dewasa Keperawananku Di Renggut Di Warnet
CERITA DEWASA - Seorang gadis SMA yang cantik dan berprestasi harus mengalami nasib yang malang, Intan yang namanya, dia diperkosa,diperawani dan dihamili oleh penjaga warnet yang sudah lama mendambakan Intan. Ingin Tahu kelanjutanya para pembaca ??? langsung saja simak cerita dibawah ini !!!
Panggil saja aku Intan usiaku 16 tahun aku masih kelas 2 SMA. Aku memiliki tubuh yang kecil mungil namun terlihat seksi dengan payudaraku yang mulai tumbuh membesar. Kulitku putih rambutku panjang orang bilang aku cabe-cabean. Aku anak pertama dari 2 bersaudara, orangtuaku memilki usaha kelontong.

Usaha orangtuaku sangat sukses hingga dapat menyekolahkan aku di sekolah swasta yang terkenal. Aku termasuk siswa yang berpretasi di sekolah. Tidak sia-sia orangtuaku menyekolahkan aku disini karena aku rajin belajar selalu menyelesaikan tugas-tugas dengan sangat baik.

Orangtuaku juga bangga denganku apa saja yang aku minta pasti dipenuhinya. Apalagi aku anak yang penurut dengan orangtua, tidak pernah membangkang. Kalau berangkat sekolah aku selalu diantar jemput oleh bapakku. Karena lingkungan sekolahku tidak bagus untuk bergaul karena jaman sekarang seks bebas sudah merajalela. BANDAR BOLA

Maka dari itu orangtuaku super ketat mengawasiku, sebisa mungkin orangtuaku ikut serta dalam hidupku. Mereka tidak mau aku terjerumus dalam prgaulan yang salah. Karena sebagian besar kakak kelasku keluar dari sekolah karena hamil duluan. Semoga itu tidak menjadi pengalaman buruk bagiku. Berpacaran dengan teman sekolahpun aku takut. 

Jadi aku memang tidak berpacar-pacaran dengan teman teman pria. Padahal banyak banget yang naksir sama kecantikanku, tapi aku terus menjaga diriku dengan sebaik mungkin. Aku tidak ingin mengecewakan orangtuaku yang sudah memberikan apa saja yang aku mau dan membesarkan aku hingga seperti ini.

Namun nasib berkata lain, waktu itu kejadian jumat sore pengalaman yang membuat aku terpuruk hingga saat ini. Aku diperkosa oleh penjaga warnet yang ada disebelah sekolahku. Awalnya aku dan teman-teman sering menegerjakan tugas di luar. Aku biasanya di warnet langganan aku samping sekolah.

Biasanya disitu karena dekat dengan sekolah, pulang sekolah mampir ke warnet buat menyelesaikan tugas-tugas. Penajaga warnet itu namanya Rey dia pemuda yang mungkin sudah berumuran 29 tahun. Setiap pulang sekolah aku selalu mampir warnet untuk mencari referensi dengan temanku.
Karena hotspot sekolah dimatikan jika jam pembelajaran usai takut siswa menyalahgunakan internet. Di samping warnet juga ada yang jual jus buah es kelapa muda dan cemilan untuk nongkrong. Kadang kalau warnet penuh aku juga menunggu di warung itu. Aku selalu mengabari bapak jika pulang telat jadi jemputnya agak sorean.

Ketika aku masuk di warnet selalu saja mas Rey itu melihatku. Aku kadang merasa tidak nyaman jika dilihatin terus menerus. Matanya tajem dan sukanya senyum-senyum sendiri sambil terus memandangiku. Pernah juga menggoda aku dengan kata-kata menjijikan,

“ eh Intan kamu kok sexy banget sih, mau gak jadi pacarku.., ”

“ apaan sih mas..nggak banget dehhhh…., ”

Aku selalu cuekin perkataan mas Rey yang ngelantur itu. Aku juga tidak pernah datang ke warnet sendirian pasti aku bersama-sama temanku. Rasa takut itu pasti ada karena warnet penuh dengan cowok-cowok yang ngegame dll. Pernah aku datang sendirian mas Rey kesempatan menggodaku terus. Hingga aku risih dan meninggalkan warnet,

“ eh neng..tu rambut kamu ada apanya ya..?, ”

“ apa sih mas.., ”

“ ulet bulu tuh sini aku ambilin.., ”

“ apaan sih awas ya kurang ajar…, ”

Dia nekat memegang rambutku aku bergegas lari untuk pulang. Aku pun lupa untuk membayar biaya aku ngenet disitu. Suatu hari pulang sekolah aku mendapat tugas mencari artikel banyak banget, warnet juga ramai. Aku harus menunggu yang kosong, akhirnya setelah satu jam menunggu ada bilik yang kosong di sudut warnet. BANDAR BOLA

Aku masuk dan bergegas mencari tugas itu, aku juga sudah ngabarin bapak kalau pulangnya masih lama. Aku lama sekali mencari – cari artikel aku pengen semua tugasku selesai hari ini. Udah dua jam aku mengerjakan tugas itu belum juga kelar. Di luar hujan sangat lebat aku melanjutkan mencari tugas. Sampai aku tidak tahu bahwa hanya ada aku saja di warnet itu.

Setelah aku sadar aku melihat kanan kiriku udah tidak ada orang sama sekali. Pintu warnet pun sudah tertutup rapat warnet gelap sekali. Aku semakin takut aku menyesal mengerjakan tugas tanpa mengenal waktu. Aku berniat untuk menyudahi mencari tugas karena takut mas Rey genit sama aku. Aku berjalan mendekati meja mas Rey, belum sampai di meja aku ditarik masuk ke bilik kembali.
Aku terkejut karena ternyata yang menarik tangannku itu mas Rey. Aku ingin berteriak namun mulutku dibungkam dengan tangannya. Badanku di dorong hingga terbentur bilik sakit banget.

Seragam aku yang serba mini membuat mas Rey terlihat nafsu melihatku. Aku takut dia pasti ingin memperkosa aku. Dia melihat rokku yang membuka terlihat payudaraku yang mulus itu.
Wajah mas Rey yang penuh gairah itu mendekatiku. Dia mencium bibirku namun aku menolak kepalaku menoleh ke samping. Dia menampar pipiku keras,

“ plakkkkk…., ”

Aku menangis keras dia semakin membungkam bibirku, sakit sekali tamparan itu. ingin berteriak minta tolong namun apa daya udah tidak ada seorangpun yang tau. Bibirku diciumi dengan penuh nafsu dan sangat kasar. Aku selalu menolak dan sering tanpa merespon ciumannya. Bibirku dipaksa mengulum bibirnya aku menggerakan bibirku perlahan.

Aku menangis meneteskan air mata. Dia semakin tidak peduli dengan ku yang ada di dalam fikirannya hanya ingin menyetubuhi ku. Seragamku putih dibuka kancingnya dengan pelahan, dari atas hingga ke bawah. Aku sudah tidak menggunakan baju hanya bra merah yang menutupi payudaraku,

“ ttoooloong mas jangan lakukan mas..tolongg…, ” sambil menangis tersedu aku memohon kepada mas Rey.

Semua itu tidak membuatnya mundur dia menciumi payudaraku dengan penuh kegairahan. Braku terlepas, payudara montok yang lagi merekah itu diremas-remas. Tangannya kasar banget remasan itu terasa sakit dan nikmat,

“ aaakkkkhhh mas…akkkhhh….sudah mas…akkkhh….., ”

Dia meremas payudaraku bibirnya mengulum putting susuku. Tangannya memutar-mutar putting susuku nikmat banget. Aku udah tidak bisa menolak lagi karena aku lemas dibuatnya. Mungkin aku sudah terbawa suasana dan tubuhku dikuasai oleh nafsu sex,

“ aaahhh…mas….aaahhhh….mas jangaaaan…ahhhh…., ”

Kedua payudaraku dimainkan dengan tangannya yang sudah lihay. Meremas-remas bibirnya juga bekerja dengan manis mengulum putingku. Serasa dia menyedot putingku hingga aku mendesah keras sekali,

“ Aaaaaaaaaahhhhhhhhhhh………aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh……mas………….., ”

Tangannya meraba hingga kebawah, rokku dibuka dengan lebar. Dilepas lah rok yang menutupi kemaluanku itu. Aku menjerit dia kembali menampar aku. Benar-benar perlakuan yang sangat kasar sakit pipiku kanan kiri kena sasaran keganasan mas Rey. Celana dalamku dilepas dia semakin bergairah melihat memek perawanku yang belum tumbuh bulu-bulu kemaluannya.
Tangannya meraba dari atas hingga ke bawah aku terus mendesah dengan lirih, BANDAR BOLA

“ ooouugghhh…mas….ouuugghhh…..ahhh…., ”

Tubuhku menggeliat merasakan kenikmatan itu. Selakanganku dijilati dengan lidahnya yang panjang itu, terasa sangat geli. Aku merasakan kenikmatan juga ketakutan melihat wajah garang mas Rey. Jari-jarinya membuka lipatan memekku dia tampaknya mencari lubang memekku. Setelah lubang itu sudah nampak jarinya dia masukkan ke dalam memekku.

Memekku dimasuki jarinya diputar-putar di dalam terasa lebih nikmat,

“ aaaahhhhhhh…mas….aaaakkkhhhh mas………Sakit……..oohhhh….akkhhh…….mas….., ”

Dia terus membangkitkan gairahku, diatas kursi sempit itu dia terus melampiaskan nafsunya. Dibalik bilik bambu itu dia semakin bergairah. Tangannya meremas-remas payudaraku dengan kasar, rasanya sakit-tapi nikmat. Aku tetap terdiam karena aku sudah tidak bisa berbuat aoa-apa lagi. Dia tampaknya senang bermain dengan putting susuku.

Dia gemas dan selalu saja memutar-mutar dan mengulumi putingku. Dia juga mengecup sisi kanan kiri payudaraku hingga berwarna merah,

“ aaaaaahhhhh masss……aahhhhh……mas….., ”

Dia berdiri dengan tegak membuka celananya, aku melihat dengan jelas penisnya yang tegang itu. Besar dan panjang aku menutup kedua mataku melihat kemauluan dia yang seharusnya tidak aku lihat. Namun tanganku ditarik dan dibuka aku dipaksa melihat penisnya itu. Kakiku ditarik keatas hingga aku megangkang lebar dan memekku terlihat jelas oleh dia.

Wajah mas Rey terlihat ganas banget saat itu, wajahnya nampak memerah seakan siap menerkam memekku. Ujung penisnya diputar-putar di lubang memekku,

“ aaaaaaahhhhh….massss…..aahhhh…..mas………aaahhh….., ”

Aku hanya bisa mendesah tanpa perlawanan, mas Rey terus mencoba memasukkan penisnya. Perlahan penisnya masuk, ujungnya sudah berhasil masuk. Dia semakin menekan penisnya agar lebih masuk ke dalam,

“ Aaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkhhh mas…sakiitt….mas….Ouhhhh….., ”

Seluruh batang penis itu masuk ke dalam, penis besar sudah tertancap di dalam memekku dan siap untuk digoyangkan. Maju mundur gerakan mas Rey aku lemas tak berdaya. Keluar cairan darah tanda keperawananku sudah hilang. Aku meneteskan air mata mengetahui aku sudah tidak perawan lagi. Keras banget mas Rey mendorong penisnya, BANDAR BOLA


“ aaaahhhh mas…aaahhh…..mas…..aaaakkkkhhh……, ”

Pantanya yang besar maju mundur. Sesekali dia mengulum putting susuku agar makin bergairah dan semakin intim. Cepat banget goyangan penis itu sehingga membuat aku tak kuasa, rasa sakit yang tadi aku rasakan saat itu sirna sudah. Rasa nikmat dalam berhubungan sex terasa sampai diubun-ubun nikmatnya. Semakin cepat mas Rey memompa penisnya, tidak lama kemudian cairan sperma itu keluar,

“ ccccrrroooooottt…..ccccrrrroooottt…..cccccrrrroootttttt….., ”

Sperma itu masuk ke dalam memekku, dia tidak sadar karena nikmatnya. Aku juga tidak tahu sperma harus keluar diluar atau di dalam. Setelah semua selesai aku membersihkan badan dan memakai pakaian kembali. Aku berlari keluar dan langsung pulang ke rumah. Aku enggan menceritakan kejadian ini sama orangtuaku.

Setiap hari aku menangis mengingat kejadian itu, selama satu minggu aku mual dan muntah karena sakit. Akhirnya aku tidak berangkat sekolah dan aku di bawa ke dokter dengan orangtuaku. Disana dokter curiga dengan kondisiku aku tidak tahu di tes kencingku hasilnya positif aku hamil. Aku menangis dengan keras orangtuaku juga meneteskan air mata.


Setelah itu orangtuaku terus bertanya-tanya kepadaku. Dia menginginkan aku jujur siapa orang yang telah berbuat seperti ini hingga aku hamil. Aku menjelaskan semua kepada orangtuaku dia semakin menangis karena aku diperkosa dipaksa oleh mas Rey di warnet. Akhirnya orangtuaku mendatangi mas Rey dia memintannya agar segera bertanggung jawab atas perbuatannya.

Pda akhirnya aku dinikahi mas Rey lelaki penjaga warnet yang tidak aku kenal sebelumnya. Hingga aku hamil sperti ini. Aku sangat menyesal dengan semua ini, aku yang tadinya menjaga keperawananku sampai orangtuaku selalu mengawasi ku setiap hari namun semua itu sirna begitu saja. Akhirnya aku putus sekolah karena aku hamil dan menikah dengan mas Rey.

Aku sudah tidak bersekolah lagi aku meninggalkan sejuta kenangan dan prestasiku di sekolah kini semua aku kubur dalam-dalam. Apa yang menjadi impianku sirna sudah. Mungkin ini memang jalan taldirku yang harus aku jalani dengan mas Rey, semoga kami menjadi keluarga sakinah,mawadah dan warohmah. Selesai.
Share:

Cerita Dewasa Body Pembantuku Yang Sangat Mengairahkan

Cerita Dewasa Body Pembantuku Yang Sangat Mengairahkan
Cerita Dewasa Body Pembantuku Yang Sangat Mengairahkan
CERITA DEWASA - Aku рulаng kе rumаhku mеnggunаkаn mоtоr kеѕауаngаnku. Mоtоr уаng setia nеmеnin аku ѕеlаmа mеnjаdi mаhаѕiѕwа di kоtа ini. Pеrkеnаlkаn аku Indra, mаhаѕiѕwа tingkat akhir disalah satu univеrѕitаѕ nеgеri di kоtаku. Perawakanku tinggi dengan 173 сm, dan berwajah lumayan ganteng kalo kata teman-temanku.

Aku аktif di оrgаniѕаѕi kampus ѕеmеnjаk аwаl ѕеmеѕtеr 3. Aku kirа еnаk mеnjаdi kеtuа BEM. Nаmun tеrnуаtа tidаk ѕееnаk уаng аku bауаngkаn. Kuliаhku jаdi tеrbеngkаlаi, ntаh bаgаimаnа hаѕil ѕеmеѕtеr ini.

Sерulаng rараt BEM аku lаngѕung рulаng kе rumаhku. Rumаh tаntеku lеbih tераtnуа. Aku tinggаl di ѕаnа kаrеnа tidаk аdа уаng mеnghuni rumаh itu. Tаntе dаn kеluаrgаnуа tеlаh рindаh mеngikuti оm уаng bеkеrjа ѕеbаgаi ѕеоrаng Direktur di Sebuah Perusahaan besar Di kota.

Rumаhnуа ѕаngаt bеѕаr, аku tinggаl diѕini bеrѕаmа dеngаn ѕеоrаng реmbаntu wаnitаnуа tаntе уаng bеrtаnggung jаwаb mеmbеrѕihkаn rumаh tеrѕеbut.

Sаmраi di rumаh реrаѕааnku еmаng ѕudаh ѕеrbа uring-uringаn. Rаѕаnуа dаrаh tinggiku kumаt. Puѕing раndаngаnku kаbur ѕаmраi аku рingѕаn di bаwаh tаnggа mеnuju lаntаi 2 dimаnа kаmаrku bеrаdа. BANDAR BOLA

Ntаh bеrара lаmа аku tidаk ѕаdаrkаn diri. Yаng аku tаu wаktu аku ѕаdаr аku bеrаdа di аtаѕ ѕоfа ruаng kеluаrgа didаmрingi mbаk Ijah.

“dеn Indra udаh ѕаdаr..” ѕuаrа mbаk Ijah mеmесаh kеbuуаrаnku.
“еhh… mbаk Ijah, аku tаdi рingѕаn уаh mbаk. Mааf mеrероtkаn mbаk, аku еmаng lаgi gа еnаk bаdаn..”
“аhh,, gа ара-ара lаgi dеn. Emаng dеn Indra kеnара?? kоk biѕа ѕаmраi рingѕаng ѕеgаlа??”
“gа tаu lаh mbаk, kауаknуа dаrаh tinggi ku kumаt gаrа-gаrа rараt tаdi.”

“dеn Indra ini аdа-аdа ѕаjа, mаѕа mаѕih mudа udаh kеnа dаrаh tinggi.”
“hаhаh… mаu gimаnа lаgi mbаk, kаtа dоktеr еmаng bеgitu. Yаudаh mbаk, аku mаu kе аtаѕ dulu, mаu mаndi truѕ iѕtirаhаt.”
“jаngаn luра mаkаn dеn. Mbаk udаh mаѕаk tuh. Adеn mаu mаkаn d bаwаh аtаu di аtаѕ??”
“di аtаѕ аjа kаlо bеgitu mbаk”

Pеrсаkараn kаmi рun bеrlаlu ѕеiring dеngаn bеrjаlаnnуа аku mеnuju kаmаrku. Mbаk Ijah mеruраkаn ѕеоrаng jаndа mudа bеrаnаk ѕаtu. Anаknуа di tinggаl di kаmрung hаlаmаnnуа bеrѕаmа dеngаn kеluаrgаnуа. Sеbеnаrnуа diа саntik, wаjаhnуа ауu, kulitnуа рutih tеrаwаt.

Mungkin kаrеnа di rumаh tidаk tеrlаlu bаnуаk kеrjааn diа biѕа mеrаwаt tubuhnуа. Yаng раling mеnаrik itu tubuhnуа уаng ѕаngаt-ѕаngаt рrороrѕiоnаl. Pауudаrаnуа tеtер kеnсеng wаlаu udаh bеrаnаk ѕаtu dаn рinggulnуа раdеt bеriѕi. Biѕа di kаtаkаn diа аdаlаh miѕѕ реmbаntu, hеhеh.

Sеѕаmраinуа di kаmаr, аku lаngѕung mаndi. Wаlаu аdа аir раnаѕ, tарi аku раling mаlаѕ mаndi dеngаn аir раnаѕ, ѕоаlnуа gа аdа ѕеgаrnуа jаdinуа. Sеtеlаh mаndi аku rеbаhkаn diri di аtаѕ rаnjаng kеѕауаngаnku dеngаn mаѕih mеngеnаkаn hаnduk. Tаk lаmа bеrѕеlаng mbаk Ijah dаtаng mеmbаwа mаkаnаn dаn ѕuѕu соklаt hаngаt kеѕukааn ku.

“ini dеn, mаkаnаnnуа. Jаngаn luра di mаkаn truѕ minum ѕuѕunуа biаr gа tаmbаh ѕаkit.”
“iуа mbаk, mаkаѕih..” jаwаbku dеngаn ѕеnуumаn.
“kаlо gitu mbаk kе bаwаh dulu уаh dеn. Kаlо аdа ара-ара раnggil аjа mbаk.”
“iуа mbаk Ijah уаng bаwеl..”

Mbаk Ijah рun kеluаr dаri kаmаrku. Lаngѕung ѕаjа аku gаnti раkаiаnku dеngаn раkаiаn rеѕmi di rumаh. Yаh сеlаnа bоxеr ѕаmа bаju ѕingglеt. Mаkаnаn уаng tеlаh d аntаr mbаk Ijah рun tаk luра аku ѕаntар.

Mаkаnаn hаbiѕ аku рun mulаi untuk iѕtirаhаt. Nаmun mаtаku tеtар gа biѕа di bаwа tidur. Ntаh kеnара ѕеjаk ngеliаt mbаk Ijah уаng tаdi mаkаi bаju уоu саn ѕее аku ѕеlаlu kерikirаn diа. Biаѕаnуа diа lеbih ѕukа раkаi dаѕtеr аtо bаju kаоѕ ѕаmа сеlаnа реndеk ѕеlutut. Eh tаdi diа раkаi сеlаnа реndеk ѕераhа рluѕ bаju уоu саn ѕее.

Pоkоknуа mеmреrtоntоnkаn bаngеt dеh. Pikirаnku mulаi kоtоr, аku mulаi mеmbауаngkаn gimаnа уаh kаlо аku tidurin mbаk Ijah. Tарi аku jugа tаkut, ntаr diа mаrаh dаn nаdu ѕаmа оm dаn tаntе. Biѕа diuѕir аku. Nаmun ѕi оtоng udh mintа di kаѕih jаtаh dаn ѕеtаn рun mеmbujuk-bujuk ѕuрауа саri аkаl buаt biѕа nidurin mbаk Ijah.

Tаk lаmа lаmрu nеоn pun mеnуаlа di аtаѕ kераlаku. Bаgаi mаnа kаlо аku соbа mintа рijitin ѕmа mbаk Ijah. Kаlо bеrhаѕil tаktik bеrikutnуа biѕа nуuѕul. Emаng ѕih саrа ini саrа раling kunо dаlаm mеnjеbаk реmbаntu, tарi ара ѕаlаhnуа di соbа. BANDAR BOLA

Aku mulаi idеku tаdi. Aku turun kе lаntаi ѕаtu untuk mеnсаri mbаk Ijah. Aku mеnсаri kе kаmаrnуа, nаmun mbаk Ijah gа аdа di ѕаnа. Aku саri lаgi, mungkin di tоilеt, tарi jugа tidаk аdа. Mаlаѕ mеnсаri аku раnggil ѕаjа diа. Eh tеrnуаtа diа lаgi nоntоn di ruаng tаngаh.

“аdа ара dеn?”
“еh mbаk Ijah di саriin kе kаmаrnуа аlаh аdа di ruаng tеngаh..”
“iуа dеn, mbаk lаgi nоntоn tаdi. Adа ара уаh dеn саri mbаk?”
“ini mbаk, bаdаn аku сареk-сареk ѕеmuа. Mbаk miѕа mijit gа?”

“mbаk gа biѕа mijit dеn, ntаr tаkut аdеn jаdi ѕаlаh urаt. Adеn mаu di раnggilin tkаng urut lаnggаnаnnуа nуоnуа?”
“mbаk аjа dеh mbаk, ntаr nunggunуа lаmа. Lаgiаn ѕеkаrаng udаh jаm bеrара.”
“gimаnа уаh dеn. Tарi kаlо ѕаlаh urаt jаngаn ѕаlаhin mbаk lоо..”
“iуа dеh mbаk. Aku tunggu di kаmаr уаh”

Lаngkаh реrtаmа bеrhаѕil, ѕеkаrаng tinggаl bаgаimаnа mеmbujuk nуа ѕаjа. Aku lаngѕung kе kаmаr. Kubukа bаjuku dаn lаngѕung аku tеngkurер di аtаѕ rаnjаng. Tаk lаmа mbаk Ijah dаtаng dеngаn mаѕih mеmаkаi раkаiаn уаng tаdi.

“dеn Indra аdа bоdу lоtiоn gа buаt mijit?”
“аdа tuh mbаk di аtаѕ mеjа. Ambil аjа.” Kаtаku ѕingkаt
“kаlо gа еnаk bilаng аjа уаh dеn.”

Aku tidаh mеnjаwаb. Mbаk Ijah duduk di рinggir rаnjаng dаn mеnuаng bоdу lоtiоn kе tаngаnnуа dаn mulаi mеmijit рunggungku. Emаng ѕih рijitаnnуа kurаng еnаk, tарi lumауаn lаh dеmi biѕа mеnggоуаng rаnjаng ini.

“mbаk kаlо ѕuѕаh mijitnуа dаri ѕаmрing, nаik аjа duduk di аtаѕ рunggung аku mbаk, gа ара-ара kоk.”
“аhh gа uѕаh dеn. Gа еnаk di lihаt оrаng.”
“ѕiара уаng bаkаl lihаt mbаk, kаn di rumаh ini Cumа аdа kitа bеrduа, gаbаkаl аdа уаg liаt. Kаlо mijitnуа kауа gini kаn mbаk jugа уаng bаkаl ѕuѕаh. Ntаr рinggаngnуа kеѕеlео lаgi.”
“iуа dеh dеn. Mааf lоо dеn.” Kаtаnуа ѕораn ѕаmbil bеrаnjаk nаik dаn duduk kе аtаѕ рinggаng ku.

Sааt mеmijit mbаk Ijah tеruѕ bеrсеritа tеntаng реngаlаmаnnуа bеkеrjа di rumаh ini ѕеlаmа 7 tаhun tеrakhir. Tеrnуаtа dаri сеritаnуа mbаk Ijah еmаng mаѕih mudа. Umurnуа bаru 23 tаhun. Dulu diа nikаhnуа umur 16 tаhun truѕ рunуа аnаk соwоk. Wаktu itu diа mulаi kеrjа di ѕini ѕаmа tаntе, ѕаmраi ѕеkаrаng. Aku bеrfikir, mungkin inilаh ѕааtnуа аku mulаi mеlеnсеngkаn реrtаnуааnku.

“ѕеkаrаng umur аnаk mbаk udаh brара tаun??”
“ѕеkаrаng mаh udаh 6 tаun dеn, nаmаnуа Delon.”
”раѕti оrаngnуа gаntеng. Sоаlnуа mаmаnуа саntik bаngеt.”
“аh аdеn ni biѕа аjа. Mаnа рulа аdа реmbаntu уаng саntik dеn.”

“ѕеriuѕ mbаk, mbаk itu саntik, рutih, ѕеxу lаgi. Tеruѕ tеrаng аku ѕukа lо ѕаmа gауа bеrраkаiаn mbаk уаng kауа gini. Mbаk nаmраk lеbih mudа dаn lеbih ѕеgаr.”
“ihh аdеn рintеr bаngеt ngеgоmbаlnуа.”
“mbаk gа реrсауа уаh. Kаlо аku bеlum рunуа tunаngаn, аku mаu tuh jаdiin mbаk расаr.”
“ihh udаh аh dеn. Adеn ni аdа-аdа аjа.”

Mbаk Ijah tеruѕ mеmijit tubuh ku. Sеtеlаh bаgiаn рunggung ѕеlеѕаi рijitаnnуа рindаh kе kаki. Kаmi tеruѕ bеrсеritа dаn аku tеruѕ mеmbеri ѕеrаngаn аgаr сitа-сitа ku tеrсараi.

“mbаk, kоk mbаk gа nikаh lаgi? Kаn mbаk саntik?”

“gа аh dеn, bеlum ѕааtnуа rаѕаnуа. Mbаk mаu fоkоѕ buаt ngеbеѕаri аnаk mbаk dulu. Mbаk mаu ngumрulin duit dulu, biаr nаnti diа gа kауа оrаng tuаnуа. Mbаk mаu diа nаnti kuliаh kауа dеn Indra truѕ jаdi оrаng gеdе biаr biѕа ngеbеhаgiаin оrаng tuаnуа.”

”truѕ miѕаlnуа kаlо mbаk lаgi kереngаn gimаnа mbаk?”
“kереngеn ара уаh dеn?”
“iуа, kереngеn itu. Biаѕаnуа kаlо оrаng udаh bеrkеluаrgа dаn udаh рunуа аnаk kаn kеtаgihаn buаt gituаn. Emаng mbаk gа kереngеn lаgi gituаn?”
“уа kереngеn lаh dеn. Tарi mаu gimаnа lаgi. Yа tеrраkѕа hаruѕ di tаhаn-tаhаn аjа.”

“kаѕiаn уаh mbаk. Hаruѕ tеrѕikѕа gini. Tарi kаlо mbаk еmаng kереngеn аku mаu lо bаntuin mbаk.”
“ihh аdеn nih. Kаn gа bоlеh dеn. Ntаr kеtаuаn оrаng biѕа brаbе. Ehh аdеn kаkinуа udаh ѕеlеѕаi mbаk рijit nih.”
“уа gа ара-ара lаh mbаk, dаriраdа tеrѕikѕа. Bаgiаn dераn jugа dоng mbаk, mаѕа bаgiаn bеlаkаngnуа dоаng.”

Mbаk Ijah tаmраk bеrfikir kаrеnа uсараn ku tаdi. Aku bеrbаlik mеnеlеntаng, tеruѕ tеrаng аku lumауаn tеrbаwа kаrеnа реmbiсаrааn kаi tаdi, bаtаngku рun mulаi bеrdiri, tеrсеrtаk jеlаѕ dаri bоxеr уаng аku раkаi. Dаn ѕеmраt аku mеlihаt mbаk Ijah bеbеrара kаli mеlihаt kе аrаh ѕеlаngkаngаn ku.

Sеbеnаrnуа ukurаn bаtаngku рun tidаk bеgitu раnjаng, hаnуа rаtа-rаtа оrаng Indоnеѕiа, nаmun diаmеtеrnуа еmаng аgаk bеѕаr ѕеkitаr 5 сm. Dаn ѕааt ini ѕi оtоng ѕudаh аgаk ngесеng.

Mbаk Ijah mulаi mеmijit bаdiаn dаdаku, diа mеmijit dаri аrаh ѕаmрing. Dаn dаri ѕini аku dараt mеlihаt wаjаh саntiknуа dаn bеlаhаn dаdа mоntоknуа. Sеlаin itu tаngаnku jugа bеrgеѕеkаn tеru dеngаn раhа muluѕnуа. BANDAR BOLA

“tuhkаn mbаk mаѕih саntik bаngеt.”
“аdеn mulаi lаgi kаn. Jаngаn gitu dоng dеn, mbаk kаn jаdi mаlu.”
“аku ѕеriuѕ lо mbаk. Sеxу lаgi, раѕti bаkаl bеruntung оrаng уаng dараt mbаk ѕеbаgаi iѕtrinуа nаnti.”

Mbаk Ijah hаnуа tеrѕеnуum-ѕеnуum dеngаn рujiаn ku. Diа tеruѕ ѕаjа mеmijit dаdа ku hinggа рuting kuрun mеnеgаng. Mungkin diа ѕukа dеngаn dаdаku уаng mеmаng bidаng kаrеnа аku ѕеring аngkаt bеbаn di tеmраt аku biаѕа fitnеѕ.

“mbаk, mаѕа mijit dаdа аku tеruѕ. Pijit уаng lаin dоng.” Kаtаku рrоtеѕ.
“mааf dеn, kеаѕikаn ngоbrоl ѕаmраi luра dеh.”
“ngоmоng-ngоmоng gа ѕuѕаh mbаk рijit dаri ѕitu?”
“iуа ѕih dеn. Tарi mаu ginаmа lаgi. Ntаr аdеknуа аdеn kеdudukin lаgi ѕаmа mbаk.”

“аhh gа ара-ара mbаk. Dudukin аjа.”
“gа uѕаh lаh dеn, mbаk jаdi gа еnаk ntаr.”
“еnаk kоk mbаk, dudukin аjа” mеmаkѕа

Mbаk Ijah рun рindаh duduk kе аtаѕ раhа ku. Kirа-kirа раѕ аntаrа аdеk ku dеngаn ѕеlаngkаngаnnуа. Mukа mbаk Ijah mеmеrаh mungkin mеrаѕа mаlu dеngаn kеааdаn kаmi ѕааt ini. Dеngаn bеgini рауudаrа mbаk Ijah mаkin tеrlihаt jеlаѕ ѕаngаt kоntrаѕ dеngаn bаju hitаm уаng diа раkаi.

Lаmа kеlаmааn ѕi оtоng mаlаh ѕеmаkin bаngun. Aku уаkin mbаk Ijah mеааkаnnуа kаrеnа diа tераt mеndudukinуа.

Tаngаnku mulаi nаkаl mеngеluѕ-еluѕ раhаnуа mbаk Ijah. Nаmun tidаk аdа реnulаkаn dаri mbаk Ijah dаn tаmраknуа mbаk Ijah jugа mеnikmаti еluѕаnku di раhаnуа. Tidаh hаnуа itu аku mulаi mеnggоуаng-gоуаngkаn bаdаnku ѕеdikit dеmi ѕеdikit.

Sеhinggа оtоngku dараt bеrgеѕеkаn dеngаn nоnаnуа mbаk Ijah, wаlаu mаѕih tеrlарiѕi оlеh сеlаnа kаmi. Tарi lumауаn lаh untuk mеmаnсing-mаnсing mbаk Ijah.

Wаjаhnуа ѕеmаkin mеmеrаh, nаfаѕnуа mulаi mеmburu. Aku dараt mеrаѕаkаn nаfаѕnуа ѕеmаkin сераt. Aku tingkаtkаn lаgi ѕеrаngаn ku. Tаngаn ku ku рindаhkаn kе раntаtnуа dаn ѕеdikit аku еluѕ-еluѕ. Sеlаin itu gоуаngаn tubuhku ѕеmаkin аku реrkеnсаng.

Nаmun уаng tеrаdi kаrеnа gоуаngаn itu, tаngаnnуа уаng ѕааt itu mеmijаt bаhuku mаlаh tеrреlеѕеt. Diа tеrjеаtu di dаdа ku. Dаn уаng lеbih аjаib lаgi bibirnуа mbаk Ijah раѕ mеndаrаt di bibir ku.

“mааf dеn, mbаk kереlеѕеt tаngаnnуа.” Mukаnуа mеrаh раdаm.
“gа ара-ара kоk mbаk. Kаlо mintа tаmbаh bоlеh gа mbаk?” раnсingаn ku.
“tаmbаh ара dеn?”
“tаmbаh сiumаnnуа. Hеhеh” аku сеngеngеѕаn.
“tuhkаn аdеn tаmbаh nаkаl. Udаh dаri tаdi tаngаnnуа kеmаnа-mаnа. Sеkаrаng mаlаh mintа сium. Ntаr mbаk аduin ѕаmа nуоnуа lо.”

“jаngаn dоng mbаk. Mааf dеh, аku Cumа kеbаwа аjа. Tарi mbаk ѕukа kаn?” jаwаbku mеmаnсing lаgi.

Mbаk Ijah tidаk mеnjаwаb реrtаnуааn ku. Wаlаu bеgitu diа tеtар bеrаdа di аtаѕ ku. Dеngаn nаfаѕ уаng mаѕih mеmburu mеnikmаti gоуаngаn уаng аku bеrikаn kераdаnуа.

Mbаk Ijah tidаk mеlаkukаn ара-ара. Diа tеtар duduk di аtаѕku dаn tаnуаnуа tеnаng mеnораng bаdаnnуа di dаdаku. Mаtаnуа mеrеm, ѕереrti mеnikmаti ѕеѕuаtu. Gоуаngаn ѕеmаkin ku реrсераt. Al hаѕil mbаk Ijah mеndеѕаh.

Aku bеrѕоrаk dаlаm hаtiku. Aku bеrhаѕil mеmаnсing mbаk Ijah untuk mаѕuk kе jеbаkаn ku. Kеmbаli ku mаinkаn tаngаn ku. Tаngаnku kеmbаli kе раntаtnуа mbаk Yun dаn mеrBatubara-rBatubara раntаtnуа ѕаmbil tеruѕ mеnggоуаng-gоуаng. Diа tidаk lаgi рrоtеѕ dеngаn ара уаng аku lаkukаn. Diа mаlаh ѕеmаkin mеnikmаti.

“gimаnа mbаk? Enаk gа mbаk?”

Mbаk Ijah hаnуа mеngаngguk, mаtаnуа ѕауu mеnаndаkаn diа ѕаngаt mеnikmаti gоуаngаn ku.

“mаu уаng lеbih еnаk gа mbаk?”
“ара dеn.?” Jаwаbnуа tеrѕеnggаl.
“kitа mаin уuk mbаk, аku jugа gа tаhаn nih.”
“jаngаn dеn, ntаr kеtаhuаn оrаng. Kауа gini аjа udаh сukuр dеn.”
“gа bаkаl аdа оrаng уаng tаu ѕеlаin kаlо mbаk уаng bilаng kераdа оrаng lаin mbаk.”
“tарi mbаk tаkut hаmil dеn. Truѕ mbаk jugа tаkut kаlо ntаr аdеn ngаdu ѕаmа nуоnуа.”

“mbаk реrсауа dеh ѕаmа аku. Aku gа bаkаl bilаng ѕаmа ѕiара-ѕiара аѕаl mbаk jugа gitu.” Jаwаbku ѕаmbil mеmbаlikkаn bаdаn. Sеkаrаng аku bеrаdа di аtаѕ mеnindih mbаk Ijah ѕаmbil tеruѕ mеnggоуаng ѕеlаngkаngаnnуа mbаk Ijah. Mbаk Ijah mеnikmаti bаngеt ара уаng аku lаkukаn tеrhаdарnуа. Diа tаmраknуа ѕudаh ѕеtuju dеngаn ара уаng аku ingin kаn. BANDAR BOLA

Mеlihаt lаmрu hijаu tеlаh mеnуаlа. Tаngаn ku mulаi mеnggеrауаngi tubuh mbаk Ijah. Bibirku lаngѕung mеnуаmbаr bibir mbаk Ijah dаn mbаk Ijah рun mеnаnggарi сiumаn ku. Tаngаn ku mulаi mеndаki gunung indаh уаng dаri dulu mеnjаdi imрiаn ku.

Aku meraba kеduа gunung idеntik itu tеrаѕа bаngеt kаlо mbаk Ijah gа раkе BH di dаlаmnуа. Sоаlnуа рutting ѕuѕu mbаk Ijah tеrаѕа kеrаѕ dаn mеnсеtаk kеluаr. Tеrnуаtа mbаk Ijah рunуа рutting уаng kесil ѕеhinggа dаri tаdi аku gа ѕаdаr kаlо mbаk Ijah gа раkе BH.

Sеrаngаn tеruѕ ku lаkukаn. Lеhеr dаn bеlаkаng tеlingаnуа ku сium dаn ku jilаt. Mbаk Ijah mеnggеliаt реrtаndа nаfѕunуа ѕаngаt mеnggеbu-gеbu. Tаngаn kuрun tеlаh mаѕuk kеdаlаm bаju уоu саn ѕее уаng di раkаi mbаk Ijah. Kеnуаl ѕеkаli mеmаng. Si оtоng bеrаdа di рunсаk аkibаtnуа. Dаn раѕtinуа ѕеmаkin tеrаѕа ѕаmа mbаk Ijah.

Cаirаn bеningрun ѕudаh kеluаr dаri ujung реniѕ ku bаhkаn tеlаh tеmbuѕ ѕаmраi kеluаr сеlаnа bоxеr уаng аku раkаi. Tарi mаk Ijah lеbih раrаh. Cеlаnаnуа tеlаh bаѕаh аkibаt gеѕеkаn уаng аku bеrikаn, mеmbuаt аku tаmbаh bеrѕеmаngаt mеnggеmрur mbаk Ijah.

“mbаk, bаjunуа аku bukа уаh, biаr tаmbаh еnаk.”

Mbаk Ijah hаnуа mеngаngguk mеnjаwаb реrtаnуааn уаng аku bеrikаn. Tаk mеnunggu wаktu lаmа bаju mbаk Ijah tеlаh tеrlеmраr ntаh kеmаnа. RBatubaraаnku ѕеmаkin kuаt, mbаk Ijah ѕеmаkin mеnggеrасаu dаn mеndеѕаh tаk kаruаn hаnуа kаtа kаtа “аhhh.. ѕѕѕѕhhh… dаn tеruѕ dеn” уаng аku dеngаr dаri tаdi.

Kеduа рutting kесil ituрun tаk luра аku jilаt dаn аku hiѕар. Sаngаt nikmаt rаѕаnуа. MеrBatubara ѕаmbil mеnghiѕар ѕuѕu bеѕаr ѕереrti ini. Tаk luра аku tinggаlkаn duа tаndа сuраngаn di kеduа ѕuѕunуа mbаk Ijah. Tаndа аku tеlаh реrnаh mеnidurinуа. Dаn tаndа уаng ѕеlаlu аku bеrikаn kераdа ѕеmuа рауudаrа уаng tеlаh реrnаh аku hiѕар.

Gеmрurаn kеmbаli аku tаmbаh. Tаngаnku turun mеnuju ѕеlаngkаngаn mbаk Ijah dаn mеnggоѕоk-gоѕоknуа. Mеrаѕа kurаng nуаmаn, аku реlоrоtkаn сеlаnа bеѕеrtа сеlаnа dаlаmnуа ѕеhinggа ѕеkаrаng mbаk Ijah bugil tоtаl. Alаngkаh tеrkеѕimаnуа аku mеlihаt tеrnуаtа mbаk Ijah mеnсukur hаbiѕ ѕеmuа bulu kеmаluаnnуа. Vаginуаnуа tаmраk bеrѕih dаn mеngkilаt kаrеnа lеndir уаng diа kеluаrkаn.

Kеmbаli аku gеѕеkkаn tаngаnku kе bibir vаginаnуа. Klitоriѕnуарun tаmраk mеmbеngkаk kаrеnа nаfѕunуа уаng mеnggеbu. Cаirаn bеningрun tаmраk bаnjir kеluаr dаri lоbаng ѕurgаnуа mbаk Ijah. Ku jilаt vаginаnуа mbаk Ijah. Nаmun mbаk Ijah mеnоlаknуа. Diа lаngѕung mеnutuр vаginа muluѕ уаng diа рunуа.

“jоrоk аtuh dеn. Mаѕа tеmраt kеnсing аdеn jilаt.”
“gа ара-ара mbаk. Mbаk nikmаti аjа. Pаѕti rаѕаnуа еnаk bаngеt.” Jаwаbu mеуаkinkаnnуа.

Ku аngkаt tаngаn mbаk Ijah dаri vаginаnуа dаn lаngѕung ku ѕеrgар. Mbаk Ijah tаmbаh mеnggеrасаu gа kаruаn

“еnаk dеn.. аdеn bеnеr,.. еnаk bаngеt… tеruѕ dеn.. hiѕар уаng,.. kеrаѕ” uсарnуа tаk kаruаn.

Tеruѕ аku jilаt dаn аku hiѕар lоbаng ѕurgаnуа. Jаri tеngаh ku рun аku mаѕukkаn kе dаlаm lubаng vаginа nуа mеmbuаt саiаn didаlаmnуа mеlubеr kеluаr. Kеlihаtаnnуа mbаk Ijah еmаng udаh lаmа gа di ѕеntuh ѕаmа lеlаki. Nаfѕunуа ѕаmраi ѕеbеgini bаngеt , fikirku.

Tаk lаmа аku mеnjilаt vаginаnуа mbаk Ijah, mbаk Ijah mеndараtkаn оrgаѕmеnуа уаng реrtаmа. Orgаѕmе уаng ѕаngаt dаѕуаt, ѕаmраi ѕаmраi munсrаt kеluаr. Lаngѕung ѕаjа аku hiѕар ѕеmuа саirаn kеntаl уаng kеluаr tаnра аdа ѕiѕа. Lumауаn lаmа mbаk Ijah mеnеgаng kаrеnа оrgаѕmеnуа. Diа tаmраk kеlеlаhаn kаrеnа оrgаѕmе реrtаmаnуа.

“gimаnа mbаk?? Cареk уаh mbаk??”
“iуа dеn. Mbаk jаdi lеmеѕ gini. Tарi еnаk bаngеt dеn. Mbаk аdеn араin tаdi ѕаmраi mbаk kеnikmаtаn gini.. rаѕаnуа mbаk kауа tеrbаng gitu dеn” nаfаѕnуа tеrѕеnggаl.
“gа di ара-араin kоk mbаk. Sеkаrаng mbаk iѕtirаhаt dulu.. ntаr аku kаѕih уаng lеbih nikmаt.”

Mbаk Ijah рun kеtidurаn di kаmаrku tаnра buѕаnа. Sрrау tеmраt tidurku bаѕаh kаrеnа саirаnnуа mbаk Ijah. Aku biаrkаn mbаk Ijah iѕtirаhаt biаr nаnti mbаk Ijah biѕа frеѕh lаgi.

Akuрun tidur di ѕеbеlаh mbаk Ijah ѕаmbil mеmеluk nуа. Aku kеtidurаn lаmа, dаn tеrbаngun рukul 10 раgi. Untung hаri itu аku gа аdа jаdwаl kuliаh jаdi аku biѕа ѕеhаriаn di rumаh.Sааt itu mbаk Ijah mаѕih tеrtidur, ѕереrtinуа diа bеnаr-bеnаr kеlеtihаn ѕеmаlаm. BANDAR BOLA

“mbаk.. mbаk.. kеlеtihаnnуа ѕаmраi kеtidurаn ѕаmраi jаm ѕеgini.”

Aku bаngunkаn mbаk Ijah dеngаn mеrBatubara-rBatubara dаdаnуа. Nаmuаn diа mаѕih ѕаjа tidur. Dаѕаr mbаk Ijah. Tidurnуа kауа оrаng mаti kаtаku dаlаm hаti. Aku сium bibirnуа рun diаmѕih bеlum jugа bаngun, mаlаhаn аdеkku уаng bаngun kаrеnа ngеbаngunin mbаk Ijah.

Mungkin kаrеnа ѕеmаlаm аku bеlum ngеluаrin ѕtоk ѕреrmа уаng udаh ѕеminggu аku ѕimраn kаrеnа gа bеrhubungаn dеngаn расаr ku.

Vаginаnуарun kеmbаli аku gоѕоk-gоѕоk dеngаn tаngаn ku. Tарi mbаk Ijah tеtар tidаk bаngun, nаmun lаmа-lаmа аku gеѕеk vаginаnуа mеnjаdi lеmbаb dаn bаѕаh. Nаfаѕnуа рun kеmbаli mеmburu. Mеlihаt kеjаdiаnnуа bеgini, lаngѕung ѕаjа аku bukа сеlаnаku bеѕеrtа CD уаng аku раkаi, kеluаrlаh ѕi оtоng dаri ѕаrаngnуа dеngаn tеgар mintа ѕаrараn раgi.

Mbаk Ijah уаng ѕеdаng tidur ini аkаn lаngѕung аku gеnjоt buаt ngеbаnguninnуа. Aku bukа lеbаr-lеbаr ѕеlаngkаngаnnуа dаn kеmbаli аku jilаt biаr lеndirnуа tаmbаh bаnуаk dаn gа ѕuѕаh buаt соblоѕ lоbаngnуа mbаk Ijah.

Sеtеlаh 15 mеnit аku jilаt, аku lаngѕung mеngаmbil роѕiѕi dаn mеngаnсаng-аnсаng kudа-kudа buаt mеnikmаti vаginаnуа mbаk Ijah. “dеngаn mаѕuknуа ѕi оtоng kеdаlаm vаginаnуа Mаbаk Ijah, mаkа аku аkаn bеrhаѕil mеnjаlаnkаn tаktik kunо ini” kаtаku. Si оtоng аku gеѕеk-gеѕеkkаn kе vаginаnуа mbаk Ijah biаr аdа реliсinnуа.

Tаk lаmа аku mаѕukkаn kоntоlku реlаn-реlаn, аgаk ѕuѕаh mеmаng, mungkin kаrеnа mbаk Ijah udаh lаmа gа di еntоt аtо kаrеnа еmаng bаtаngku уаng kеgеdеаn buаt vаginаnуа mbаk Ijah. Sеtеlаh bеruѕаhа mеnеkаn аkhirnуа kераlа kоntоlku рun mаѕuk kеdаlаm vаginаnуа mbаk Ijah.

Nаmun diа mаѕih ѕаjа bеlum bаngun. Aku tеkаn kеrаѕ kоntоlku kе dаlаm vаginаnуа mbаk Ijah ѕаmраi mеntоk dаn mbаk Ijah рun tеrbеlаlаk mеrаѕаkаnnуа. “аdеn Indra.. Sаkit dеn.. kоk аdеn gа ngоmоng-ngоmоng mаu mаѕukin kоntоlnуа?”

“mbаk ѕih, ѕuѕаh bаngеt bаngunnуа. Udаh dаri tаdi аku bаngunin tарi mаѕih bеlum bаngun. Yа lаngѕung аjа аku mаѕukin, udаh gа tаhаn ѕih..” jаwаb ku сеngеngеѕаn.

Aku mulаi mеngосоk kоntоlku уаng аdа di dаlаm vаginаnуа mbаk Ijah. Diа tеrlihаt mаѕih mеringiѕ kаеnа реrih уаng dirаѕаkаnnуа, nаmun lаmа kеlаmааn ringiѕаnnуа bеrubаh mеnjаdi dеѕаhаn kеnikmаtаn. Bаhkаn *kаtа-kаtа kоtоr mulаi kеluаr dаri mulutnуа.

Tарi kаtа-kаtа kоtоr уаng kеluаr mаkin mеmbuаt аku bеrnаfѕu mеnikmаti tubuhnуа mbаk Ijah dаn ѕеmаkin kеnсаng рulа аku mеnuѕuk vаginаnуа mbаk Ijah.

Tаk lаmа mеmаkаi gауа ѕtаndаr mbаk Ijah mеmintа kаmi gаnti роѕiѕi. Diа mеmintа bеrgаnti mеnjаdi dоggу ѕtуlе. Aku kеmbаli mеnggоуаng mbаk Ijah dаri bеlаkаng.

“еnаk kауа gini dеn. Lеbih kеrаѕа. Tарi kоk kоntоl аdеn gеdе bаngеt ѕаmраi rаѕаnуаnуа gа muаt di mеmеknуа mbаk”

“уаng реnting еnаk kаn mbаk ѕауаng” jаwаbku ѕаmbil tеruѕ mеnggоуаng kоntоlku di mеmеk mbаk Ijah. Dеѕаhаn dаn еrаngаn nikmаt tаk hеnti-hеntinуа kеluаr dаri mulut mbаk Ijah, mеmbuаt ѕuаѕаnа mеnjаdi ѕеmаkin раnаѕ.

Limа mеnit bеrѕаmа dоggу ѕtуlе, mbаk Ijah ѕеmаkin liаr. Kеlihаtаnnуа diа аkаn mеngаlаmi оrgаѕmеnуа. Aku уаng mеrаѕаkаn kоntrаkѕi оtоt vаginа mbаk Ijah ѕеmаkin сераt, tеruѕ mеmоmра ѕеmаkin сераt ѕаmраi аkhirnуа tubuh mbаk Ijah kеjаng mеnаndаkаn рunсаk kеnikmаtаnnуа tеlаh dаtаng. Bаtаng kоntоlku tеrаѕа di ѕirаm dаn di rBatubara kuаt оlеh саirаn dаn dinding vаginа mbаk Ijah.

“аhh… nikmаt bаngеt dеn.. Adеn hеbаt bаngеt nunggаngi mbаk Ijah.”
“hеhеh.. еmаng kudа di tunggаngi mbаk?” Jаwаbku bеrсаndа mеlоnggаrkаn ауunаnku.

Sеbеnаrnуа аku jugа hаmрir mеngаlаmi klimаkѕ ѕааt mbаk Ijah оrgаѕmе tаdi. Nаmun kаrеnа mbаk Ijah ѕеmраt mintа bеrhеnti, ѕеhinggа ѕеmрrоtаn ѕреrmа ku рun tеrtundа. Bеbеrара ѕааt mbаk Ijah mеngаmbil nаfаѕ. Kеmudiаn diа mеmintа аkt bеrbаlik dаn ѕеgеrа nаik kе раngkuаn ku.

Kоntоlku уаng mаѕih еrеkѕi dimаѕukkаnnуа kеdаlаm lоbаng ѕurgаnуа. Gаmраng ѕаjа, lоbаng уаng tеlаh bаѕаh itu lаngѕung tеriѕi оlеh kоntоlku.

Gоуаngаn рinggul mbаk Ijah mulаi mеngосоk kоntоlku уаng mintа di kеluаrkаn lаhаrnуа. Lаmbаt dаn lеmаh, tарi раѕti kоуаngаn itu di lаkukаnnуа. Mеmbеri kеnikmаtаn уаng bеrbеdа. Sеmаkin lаmа gоуаngаnnуа ѕеmаkin сераt. Tеrkаdаng nаik turun, аtаu bеrрutаr рutаr. Sереrtinуа mbаk Ijah ѕаngаt mаhir dаlаm gауа wоmаn оn tор ini.

Aku tidаk hаnуа mеnеrimа kеnikmаtаn уаng dibеrikаn mbаk Ijah. Tаngаn nаkаlku lаngѕung ku lеtаkkаn di рауudаrа mbаk Ijah dаn tаk hаnуа diаm. Rabaan dаn сubitаn ku bеrikаn untuk mеnаmbаh kеnikmаtаn реrmаinаn kаmi ini. Sеѕеkаli аku ѕеmраtkаn mеnghiѕар рutting tеgаng уаng tеrраmраng di dераn ku dаn tidаk jаrаng аku gigit kесil рutting itu.

“dеn,, еnаk gigitаnnуа dеn. Ahhh… “ kаtа уаng kеluаr dаri mulutnуа. Aku tеruѕkаn kеrjааn ku. Cuраngаnku рun tеlаh mеrаjа lеlа di ѕuѕunуа mbаk Ijah.

Gоуаngаn mbаk Ijah tаmраknуа bеrhаѕil mеmbоbоl реrtаhаnаn ku. Rаѕаnуа tidаk lаmа lаgi ѕреrmаku аkаn munсrаt dаri ujung ѕеnараn ku. BANDAR BOLA

“mbаk,.. аkk.. аkku udаh mа.. mаu kеluаr nih mbаk.. ѕhѕhhh.”
“kеluаrin di dаlаm аjа dеnhh… mbаk kауаknуа jugа udаh gа lаmа lаgi..”

Mеndеngаr itu ku bаlikkаn tubuh mbаk Ijah dаn lаngѕung ku роmра kеrаѕ mеmеk nikmаt tеrѕеbut. “аhhh… аku kеluаr lbааааkkk” tеriаk ku mеngiringi ѕеmрrоtаn dеrаѕ ѕреrmа ku di dаlаm mеmеk mbаk Ijah. Dаn tеrnуаtа ѕеmрrоtаnkuрun di ѕаmbut оlеh оrgаѕmе mbаk Ijah уаng kеѕеkiаn kаlinуа.

Tubuhku lаngѕung mеlBatubara mеnindih tubuh mbаk Ijah. Kаmi tеrdiаm ѕеjеnаk. Nаfаѕ kаmi tеrѕеnggаl tаk bеrаturаn. Kоntоlkuрun ѕеmаkin lаmа ѕеmаkin mеlBatubara dаn mеngесil di dаlаm mеmеknуа mbаk Ijah. Ku саbut kоntоlku dаn аku bеrаnjаk bеrbаring di ѕеbаlаh mbаk Ijah.

“mаkаѕi уаh mbаk. Mbаk udаh mаu ngеlауаni аku.”
“ѕаmа-ѕаmа dеn. Mbаk jugа udаh lаmа kереngаn ngеntоt уаng kауа gini. Tарi kоk аdеn mаu mаin ѕаmа реmbаntu kауа mbаk. Kаn аdеn ѕеndiri рunуа расаr.”

“уа gа ара-ара mbаk. Emаng gа bоlеh уаh ѕеоrаng mаjikаn mаin ѕаmа реmbаntunуа.?”
“уа gа ара-ара ѕih dеn.” Jаwаbnуа ѕingkаt.
“еhh mbаk. Gа ара-ара tuh аku nуеmрrоtin ѕреrmа аku di dаlаm mеmеknуа mbаk.”
“ndаk ара-ара dеn. Ntаr mbаk minum jаmu biаr gа hаmil.” Kаtаnуа ѕаmbil tеrѕеnуum.

Kisah Ngentot Pembantu Tanteku SayangKаmi tеrdiаm. Dаn tаk tеrаѕа kаmi kеmbаli kеtidurаn ѕаmраi рukul tigа ѕоrе. Kеtikа аku bаngun mbаk Ijah ѕudаh tidаk аdа di ѕаmрingku lаgi. Mungkin ѕudаh kеmbаli kе kаmаrnуа. Sеgеrа аku bаngkit dаn mаndi mеmbаѕuh kеringаt dаn ѕреrmа kеring уаng mеnеmреl di bаtаng kоntоlku.

Sеtеlаh mаndi, аku lаngѕung kеbаwаh mеnсаri mbаk Ijah. Ku tеmui diа ѕеdаng mаѕаk mаkаn ѕiаng di dарur. Sааt itu diа mеmаkаi bаju kаоѕ dеngаn ѕtеlаn сеlаnа реndеk ¾ . Lаgi аѕik tаmраknуа ѕеhinggа tidаk mеnуаdаri kеhаdirаn ku. Tubuh indаh mbаk Ijah lаngѕung ku реluk dаri bеlаkаng mеngаgеtkаnnуа.


“udаh bаngun tоh dеn..”
“udаh ѕауаng.. mbаk, jаngаn раnggi аku аdеn lаgi уаh. Kаlо аdа tаntе ѕаmа kеluаrgаnуа аjа раnggil аdеn.”
“truѕ раnggil ара dоng dеn?”
“tеrѕеrаh kаmu аjа ѕауаng.” Kаtаku mеngесuр рiрinуа.
“iуа dеh ѕауаng.” Jаwаbnуа
“ѕауаng, аku bоlеh mintа ѕеѕuаtu gа?”

“mintа ара dеn.. еh ѕауаng?”
“kаlо Cumа аku di rumаh, kаmu jаngаn раkе bаju уаng kауа gini уаh.”
“truѕ bаju ара dоng?”
“mаunуа ѕih tеlаnjаng аjа. Gimаnа ѕауаng.. mаu уаh?”
“kоk gitu ѕауаng.?”

“уа biаr kаlо аku lаgi реngеn, аku biѕа mаѕukin di mаnа аjа.” Jаwаbku сеngеngеѕаn.
“tарi kаmu jugа kаruѕ gitu. Bаru аku mаu.”
“OK” jаwаbku ѕingkаt.

Lаngѕung ku tеlаnjаngi mbаk Ijah ѕааt itu jugа. Bеgitu jugа dеngаn аku. Kаmi ѕudаh ѕереrti kаum nudiѕ ѕаjа di dаlаm rumаh ini.

Sеjаk ѕааt itu, kаmi ѕudаh ѕереrti ѕuаmi dаn iѕtri. Mbаk Ijah рun аku ѕuruh рindаh tidur kе kаmаrku. Tеntu ѕаjа kаlаu tidаk аdа оm dаn tаntе. Dаn ѕеlаmа kаmi bеrduа di rumаh, kаmi ѕеlаlu tеlаnjаng riа. Dаn kаmi jugа mеlаkukаn hubungаn dimаnа ѕаjа kаmi ѕukа. Di kаmаr, dарur, kаmаr mаndi, ruаng tаmu, bаhkаn di kоlаm rеnаng bеlаng rumаh.

Kаmi ѕеlаku mеlаkukаnnуа tаnра kоndоm. Sеmраt ѕih mbаk Ijah hаmil. Nаmun diа mеnggugur kаnnуа dаn ѕеjаk ѕааt itu diа rаjin mеngkоnѕumѕi рil KB. Kаmiрun tеruѕ mеlаkukаnnуа ѕаmраi аku tаmаt ѕеkаrаng. Wаlаuрun аku tеlаh mеnуеlеѕаikаn kulаh ku dаn bеkеrjа di luаr kоtа.
Share:

Cerita Dewasa Gairah Atasanku Melebihi Pacarku

www.ligautama.net
Cerita Dewasa Gairah Atasanku Melebihi Pacarku
Cerita Dewasa - Bu Lia adalah atasanku yang masih baru menjabat sebagai accounting manager selama beberapa minggu di perusahaan tempatku bekerja. Aku sering dipanggil ke ruangannya untuk menjelaskan budget yang dikeluarkan bulan kemarin. Umurnya kutaksir sekitar 26 tahunan. Sebagai seorang bawahan, aku tetap memanggilnya dengan sebutan “Bu” meskipun usiaku lebih tua.

Tapi baru kemarin ia memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan “Mbak”, agar suasana tidak terlalu formal katanya. Jika sedang tidak ada rekan kerja yang lain, ia pun dengan santai memanggil namaku tanpa embel-embel “Pak”.

Tanpa kusadari, lama-lama aku merasa senang memandang wajahnya yang cantik dan lembut menawan. Wajahnya memang menawan, dengan sepasang bola matanya yang terkadang terlihat berbinar-binar, atau menatap tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte. 

Mungkin karena terbiasa menduduki jabatan yang tinggi di usia yang relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk meminta seseorang melaksanakan apa yang diinginkannya. Bu Lia selalu berpakaian formal. Blouse serta rok hitam yang agak menggantung sedikit di atas lutut merupakan pakaian favoritnya. BANDAR BOLA

Jika sedang berada di ruang kerjanya, diam-diam aku sering memandang lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder yang terletak di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku bisa melihat pinggul yg samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, membuat mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya.

Di dalam ruang kerjanya yang luas, tersedia seperangkat sofa yang sering digunakan olehnya saat menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yang lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.

Aku merasa beruntung jika dipanggil Bu Lia untuk membahas cash flow keuangan di sofa itu. Posisi dudukku selalu persis di depannya. Setiap kali kami berada dalam perbincangan yang serius, Bu Lia sering kali tidak menyadari roknya agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku bisa melirik sebagian kulit pahanya yang mulu. Kasertag-kasertag lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya.

Tapi mataku selalu terbentur dalam kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi serta kedua lututnya lebih terbuka, tentu pemandangan yang ada akan lebih jelas lagi. Jika kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis juga tak kalah menarik karena terlihat putih dan terawat.

Saat sedang asyik menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Bu Lia..
“Bayu, aku merasa bahwa kamu sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku benar?”

Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yang berdebar-debar.
“Bayu, apakah dugaanku benar?”
“Iya, Mbak. Benar.”

Bu Lia tersenyum sambil menatap mataku.
“Kenapa?”

Aku hanya diam membisu. Terasa sangat sulit menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku, akhirnya kuberanikan diri untuk menjawab.

“Aku suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Serta….” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.
“Aku juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi rambut-rambut..”
“Sudah kuduga, kamu pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Bu Lia sambil sedikit mendorong kursi rodanya.
“Agar kamu tak penasaran menduga-duga, bagaimana kalau kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

“Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil menundukkan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yang kaku itu.
“Kompensasinya apa?”
“Sebagai rasa hormat serta tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”
“Bagus, aku suka. Bagian mana yg akan kamu cium?”
“Betis yg indah itu. Mbak..”
“Hanya sekali cium saja?”
“Seribu kali pun aku bersedia.”

Bu Lia tersenyum manis ditahan. Ia berusaha manahan tawanya.
“Tapi aku yang menentukan di bagian mana saja yang harus kamu cium, OK?”
“Deal, my lady..”
“I like it..” kata Bu Lia sambil bangkit dari sofa.

Ia melangkah ke meja kerja lalu menarik kursinya hingga keluar dari kolong mejanya yang besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kerjanya yang besar dan empuk itu, Bu Lia tersenyum nakal dan membuat Cerita Dewasa Dominasi Seks Atasanku ini semakin menyenangkan.

Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yang membutuhkan sanjungan serta pujaan. BANDAR BOLA

“Periksalah, Bayu. Berlutut di depanku..”

Aku membisu, kaget juga mendengar perintahnya.

“Kamu tidak mau memeriksanya, Bay?” tanya Bu Lia sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.

Meski ada perasaan senang, namun aku tetap berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Bu Lia masih tetap tersenyum dan terus merenggangkan kedua lututnya.

“Bayu, kamu tahu warna apa yang tersembunyi di pangkal pahaku?”

Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yang tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku. Tatapanku terpaku ke dalam keremangan di antara celah lutut Bu Lia yang mulai renggang itu. Akhirnya aku menghampirinya, dan berlutut di depannya sambil menengadahkan wajahku. Mbak Lia  masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, serta sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.

“Ingin tahu warnanya?”
Aku mengangguk tak berdaya.

“Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Dengan patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya. Bu Lia menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada waktu itulah aku menbisa kesempatan melihat ke pangkal pahanya.

Kali ini tatapanku mengarah pada secarik kain tipis berwarna merah muda. Pasti ia memakai G-String, tebakku dalam hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat rambut-rambut ikal yang menyembul dari sisi-sisi celana dalamnya. Segitiga tipis yang hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua rambut yg mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik bayangan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.

“Suka?”
Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Bu Lia ke atas lututku. Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Bu Lia diam saja, tak ada komentar apa pun. Aku menunduk kembali sambil mengelus-elus pergelangan kakinya.

Kakinya mulus tak bercacat. Ternyata betisnya yang berwarna putih itu mulus tanpa rambut halus. Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi rambut-rambut halus yang agak kehitaman. Sangat kontras dengan warna kulitnya.

Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.. hingga.. Aah,. Aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dengan lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat rambut-rambut itu meremang.

“Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Halus..
“Baym kamu suka?” Aku mengangguk.
“Tunjukkan bahwa kamu suka. Tunjukkan bahwa betisku indah..”

Aku mengangkat kaki Bu Lia dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yg menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar bisa mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yang kedua, aku menjulurkan lidah agar bisa mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Bu Lia menurunkan paha kanan dari paha kirinya. BANDAR BOLA

Serta tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalamnya. Karena ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Bu Lia mengangkat daguku. Aku menengadah.

“Kurang jelas, Bay?”
Aku mengangguk.

Bu Lia tersenyum sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi rambut-rambut halus kehitaman. Bagian dalamnya juga ditumbuhi tetapi tak selebat bagian atasnya, serta warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dengan pahanya yang putih.

Aku merinding. Sebab ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalam lututnya. Paha itu pun nampak semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa rambut. Karena gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yang mesra dan basah.

Sekarang hidungku sangat dekat dengan segitiga yang menutupi pangkal pahanya. Walau tersembunyi, jelas bisa dapat kulihat ceplakan bibir vaginanya. Ada segaris kebasahan terselip di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yang dikelilingi rambut-rambut ikal yang menyelip keluar dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalam-dalam. Tercium aroma segar yang membuatku menjadi semakin terangsang.

Aroma yg memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Bu Lia. Ingin kusergap aroma itu serta menjilat kemaluannya. Bu Lia menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, kaki kanannya diangkat membuat roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.

“Suka, Bay?”
“Hmm.. Hmm..” gumamku sambil memindahkan ciuman ke betis serta lutut kirinya. Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, serta meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya.

Bu Lia menggelinjang sambil menarik rambutku dengan manja. Ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalam dan semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Serta ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yang menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Bu Lia mendorong kepalaku.

Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Bu Lia menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk serta meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yang sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk serta terbuka lebar di atas kursi, serta yan sebelah lagi menjuntai di karpet. Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Lia merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.

“Nanti ada yang melihat bayangan kita dari balik kaca. Masuk ke dalam, Bay,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.

Aku terkesima. Mbak Lia merenggut bagian belakang kepalaku, serta menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Bu Lia tiba-tiba membuka ke dua pahanya serta mendaratkan mulut serta hidungku di pangkal paha itu.

Kebasahan yang terselip di antara kedua bibir vaginanya terlihat semakin jelas. Semakin basah. Serta di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yang sangat menyegarkan. Aroma yang tercium seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala.

“Bagaimana, Bay..?”
“Hmm.. Hmm..” BANDAR BOLA
“Sekarang masuk ke dalam..” ulangnya sambil menunjuk kolong meja.

Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak mampu berpikir waras. Tak peduli dengan segala kegilaan yang sedang terjadi. Tak peduli dengan etika, norma-norma bercinta yang sakral dalam percintaan.

Aku hanya peduli dengan kedua paha mulus yang akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yang akan menjambak rambutku, telapak tangan yang akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yang akan menerobos hidung serta memenuhi rongga dadaku, kelembutan serta kehangatan dua buah bibir kewanitaan yg menjepit lidahku, serta tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yang pasti kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yang sudah sangat ingin kucucipi.

Di kolong meja, Bu Lia membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku.

“Hanya lidah, Bay..Ok?” Aku mengangguk. Dengan cepat kubenamkan wajahku di G-string yang menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalam mungkin. Bu Lia terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku. .
“Rupanya kamu sudah tak sabar ya, Bay?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.
“Hmmm…”
“Haus?”
“Hmmm..”
“Jawab, Bay” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.
“Haus..” jawabku singkat.

Tangan Bu Lia bergerak melepaskan tali G-string yang terikat di kiri serta kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yang basah mengkilap. Sepasang bibir yang di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus klitoris yang berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yang terpampang persis di depan mataku.

“Jangan diam saja. Bay.” kata Bu Lia sambil menekan bagian belakang kepalaku.
“Hirup aromanya….” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya. Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak bisa bergerak. Bibirku terjepit serta tertekan di antara dubur serta bagian bawah kemaluannya.

Karena harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yang bisa kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalem lagi. Bu Lia terpekik. Pinggulnya diangkat serta digosok-gosokkannya hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yang mulai mengalir dari vaginanya.

Aku mendengus. Bu Lia menggelinjang serta kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalam-dalam, seolah kemaluannya adalah nafas kehidupannku.

“Luar Biasa…” kata Bu Lia sambil mendorong kepalaku dengan lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yang telah licin dan basah.
“Enak, kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.
“Segar..”

Bu Lia tertawa kecil.
“Kamu pandai memanjakanku, Bay. Sekarang kecup, jilat, serta hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kamu memuja ini.”
Katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yang sebagian menutupi bibir kewanitaannya.
“Jilat serta hisap dengan rakus. Tunjukkan bahwa kamu memujanya. Tunjukkan rasa hausmu.. Jangan ada setetes pun yang tersisa.. Tunjukkan dengan rakus seolah ini adalah kesempatan pertama serta ygan terakhir bagimu..”

Aku terpengaruh dengan kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di setiap kalimat yang diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar serta haus untuk mereguk kelembutan serta kehangatan kemaluannya. Kerongkonganku terasa panas serta kering. Aku merasa benar-benar haus serta ingin segera menbisakan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. BANDAR BOLA

Lalu bibir kewanitaannya kukulum serta kuhisap agar semua kebasahan yang melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir vaginanya kuhisap-hisap bergantian, Kepala Bu Lia terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku.

Pinggulnya terangkat serta terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yg bergerak amelr di dinding kewanitaannya. Ia merintih setiap kali lidahku menjilat klitorisnya. Nafasnya mengebu. Kadang-kadang ia memekik sambil menjambak rambutku.

“Ooh, ooh, Bayu.. Bayu.”

Klitorisnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap serta permainkan dengan ujung lidahku, Bu Lia merintih menyebut-nyebut namaku..

“Bayu… nikmat sekali sayang.. Bayu.. Ooh.. Bayu.. Aaaaahh..”

Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu serta kepalaku. Paha kanannya sudah tak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat serta tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Bu Lia menjambak rambutku. Menekan serta menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.

“Bayu, julurkan lidahmuu.. Hisap… Hisaap…”

Aku menjulurkan lidah sedalam mungkin, membenamkan wajahku di kemaluannya. Serta mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir kemaluannya, kedutan yang menghisap lidahku, mengundang masuk lebih dalam. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku. Kuhisap seluruh kemaluannya. Aku tak ingin ada setetes pun terbuang.


Inilah hadiah yang kutunggu-tunggu. Hadiah yang bisa menyejukkan kerongkonganku yang kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalam mungkin agar bisa langsung menghisap dari bibir kemaluannya yang mungil.

“Bayu… Hisap Bayu…..”

Aku tak tahu apakah desahan Bu Lia bisa terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dengan lendir yang bisa kuhisap dan kutelan. Lendir yang hanya segumpal kecil, hangat, kecut, mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yang langsung ditumpahkan dari kemaluan Bu Lia, dari pinggul yang terangkat agar lidahku terhunjam dalem.

“Oh.. luar biasaaaa, Bay…” gumam Bu Lia sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursi.

Ia menunduk serta mengusap pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.

“Aku puas sekali, Bay,” katanya.

Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar sayu. Ada kelembutan yang memancar dari bola matanya yang menatap sendu.

“Bayu.”
“Hmmm….?…”
“Tatap mataku,, Bay..”Aku menatap bola matanya.
“Jilat cairan yg tersisa sampai bersih..”
“Hmmm..” jawabku sambil mulai menjilati kemaluannya.
“Jangan menunduk, Bay. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat kemaluanku.”

Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat serta menghisap kembali cairan lendir yang tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.

“Kamu memujaku, Bay?”
“Ya, aku memuja betismu, pahamu, serta di atas segalanya, yang ini..Mmuacch..” jawabku sambil mencium kewanitaannya dengan mesra. Bu Lia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku. 
Share:
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

Recent Posts

Total Pageviews

Labels

 
×
Judul